Bondowoso, Barometerpos.com Pengaturan gizi pada PPOK harus diperhatikan, pengaturan pemberian komposisi karbohidrat, lemak dan protein harus menjadi perhatian utama untuk mengurangi terjadinya sesak pada pasien
“Sebagai ahli gizi harus bisa menentukan prioritas pengaturan diet pada pasien PPOK karena kondisi malnutrisi yang berhubungan erat dengan PPOK,” kata Fitria Nur Rahmi, SGz saat menjadi mederator dalam webinar nasional Sabtu 22 Mei 2021 di aula RSD Koesnadi Bondowoso.
Masih kata alumnus Gizi Kesehatan UGM, PPOK adalah penyakit paru yang dapat dicegah dan diobati. Pada umumnya penyakit ini diakibatkan merokok, sehingga edukasi untuk berhenti merokok adalah salah satu poin penting
“Pengobatan PPOK bertujuan untuk mengurangi gejala dan mengurangi morbiditas dan mortalitas,” ujar Kepala Instalasi Gizi RS Koesnadi tersebut.
Narasumber pertama DR. dr. Yani Jane Sugiri, Sp.P (K) menjelaskan PPOK (penyakit paru Obstruktif Kronis) adalah penyakit yang umum, dapat dicegah, dan dapat diobati.
“Ditandai dengan gejala pernapasan persisten dan keterbatasan aliran udara yang disebabkan oleh kelainan jalan napas dan atau alveolar yang biasanya disebabkan oleh paparan terhadap partikel atau gas berbahaya yang signifikan dan dipengaruhi oleh factor pejamu termasuk perkembangan paru-paru yang tidak normal,” jabarnya.
Masih kata Yani di antara factor penyebab PPOK adalah perokok dan adanya polusi udara seperti asap kayu bakar, kendaraan bermotor, asap pabrik. Gejala dari PPOK adalah napas yang pendek, batuk kronis dan berdahak.
“Tujuan terapi adalah untuk menghilangkan gejala, meningkatkan toleransi aktifitas dan meningkatkan status Kesehatan, mencegah perkembangan penyakit, mencegah dan mengobati kambuh serta menurunkan angka kematian,” jelas anggota PDPI Cabang Malang.
Lebih lanjut Yani menambahkan bahwa yang utama dari tatalaksana PPOK stabil yang bersifat non farmakologis adalah berhanti merokok dan rekomendasi melakukan aktifitas fisik sesuai kondisi.
“Sekitar 20% pasien PPOK mengalami penurunan BB dan kekurangan energy dan protein sehingga perlu dilakukan asuhan gizi,” katanya.
Ruliana, SST, MM.Kes, RD yang didapuk menjadi narasumber kedua menyatakan bahwa PPOK adalah peradangan pada paru-paru yang berkembang dalam jangka waktu yang panjang. PPOK ini juga bisa meningkatkan risiko penderita yang terkena Covid-19.
“Menurut sebuah penelitian, orang yang menderita PPOK memiliki risiko 5 kali lipat lebih tinggi terkena covid-19 dibandingkan dengan orang yang tidak menderita PPOK,” ucap Kepala Instalasi Gizi RSSA Malang ini.
Masih kata Ruli, penentuan kebutuhan gizi pada PPOK berhubungan dengan hiperkapnia yang mengakibatkan sesak. Hiperkapnia adalah kondisi yang terjadi akibat kadar karbondioksida terlalu tinggi dalam darah.
“Kelebihan karbohidrat atau energy dari glukosa menyebabkan terjadinya lipogenesis yang menyebabkan peningkatan Respratory Quotient (RQ) yang juga menyebab kan terjadinya peningkatan produksi CO2, terjadi hiperkapnia dan menyebabkan sesak,” bebernya.
“Tujuan pengaturan gizi adalah untuk memberikan intake zat gizi yang cukup untuk mempertahankan dan meningkatkan status gizi, mempertahankan dan meringankan fungsi paru, membantu menurunkan produksi CO2 dan mengurangi sesak, mencegah defisiensi gizi,“ imbuhnya.
Ruli juga mengungkapkan, syarat diet yang bisa dipertimbangkan pada PPOK adalah keseimbangan rasio protein (15-20% dari Energi) dengan lemak (30-45% dari Energi) dan karbohidrat (40-55% dari Energi) penting untuk menjaga Respiratory Quotient (RQ) .
“Bahan makanan yang dianjurkan adalah lemak MCT ( asam lemak rantai sedang) : virgin coconut oil , lemak tidak jenuh tunggal : kacang-kacangan, alpukat, biji labu, lemak tidak jenuh ganda: minyak jagung, minyak kedelai, minyak kelapa, minyak ikan, makanan tinggi Kalsium dan vitamin D seperti ikan, keju, susu, bayam, brokoli. Termasuk yang dianjurkan adalah buah dan sayur sumber vitamin C serta rempah rempah,” paparnya lagi.
Sementara itu, Ketua Panitia Yanik Subandiyah, AMd.Gz menjelaskan bahwa kegiatan ini adalah kegiatan rutin AsDI Korwil Jember dengan penyelenggara bergantian antara 4 kabupaten yang tergabung dalam Korwil Jember( Jember, Banyuwangi, Bondowoso, Situbondo).
“Kondisi pandemic belum memungkinkan untuk melaksanakan kegiatan secara offline (tatap muka).Hal positifnya kegiatan ini bias diikuti tidak terbatas hanya oleh anggota AsDI Korwil Jember ataupun regional Jatim,” ungkapnya.
Masih kata Yanik, kegiatan ini bertujuan untuk terus meningkatkan eksistensi ahli gizi lebih khusus pada ahli gizi yang melakukan kegiatan dietetic serta mengupdate ilmu dietetik.
“Kegiatan ini didukung oleh PT Fima Internasional yang memperkenalkan produk nutrisi spsesifik untuk pernapasan yaitu Pulmosol,” pungkasnya.
Acara dipandu oleh host Diah Novi, AMd.Gz , diawali dgn menyanyikanlagu Indonesia Raya, Mars Ahli Gizi, dilanjutkan Sambutan Ketua AsDI Korwil Jember sekaligus membuka acara, Julita Arjawati, AMd.Gz (posisi di Banyuwangi).
Penyelenggara AsDI Korwil Jember (Asosiasi Dietisien Indonesia) dengan panitia AsDI Bondowoso. Dalam webinar nasional yang diikuti oleh nutrisionis, dietisien dan profesi lain (perawat) dari berbagai kota di Indonesia (*)