**Jember** – Suasana haru dan khidmat menyelimuti halaman SMP Negeri 2 Wuluhan pada Sabtu malam (19/7/2025). Penutupan Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah (MPLS) tahun ajaran 2025/2026 diwarnai prosesi simbolis penyerahan 159 siswa baru dari orang tua kepada pihak sekolah.
Kegiatan ini bukan sekadar seremoni akhir MPLS, tapi menjadi simbol kepercayaan orang tua terhadap sekolah sebagai tempat membentuk karakter generasi penerus bangsa.
“Ini bukan hanya seremonial, tapi bentuk nyata kepercayaan orang tua kepada sekolah untuk mendidik anak-anak menjadi pribadi yang berkarakter dan bermoral,” ujar Kepala SMPN 2 Wuluhan, Mohammad Rido’i, S.Pd., dalam sambutannya.
MPLS tahun ini berlangsung selama enam hari, mengacu pada panduan resmi Kementerian Pendidikan. Rido’i menjelaskan bahwa seluruh kegiatan dirancang untuk menanamkan nilai-nilai dasar karakter, memperkuat budaya anti-kekerasan, dan memperkenalkan pembelajaran yang bermakna.
Setiap pagi dimulai dengan doa dan pengucapan *7 Kebiasaan Anak Indonesia Hebat*, dilanjutkan dengan apel dan senam pagi bersama. Menariknya, antusiasme orang tua begitu tinggi—mereka hadir sejak pukul 07.00 WIB, sebelum kegiatan dimulai.
“Orang tua luar biasa. Mereka hadir setiap hari, menunjukkan dukungan luar biasa terhadap sekolah,” ungkap Rido’i.
MPLS juga memberi ruang ekspresi kreatif bagi siswa. Di hari terakhir, digelar pentas seni yang menampilkan nyanyian, tarian, dan pembacaan puisi dari siswa baru.
“Ini adalah cara kami memberi ruang ekspresi sejak awal. Anak-anak tidak hanya diperkenalkan pada lingkungan sekolah, tapi juga diberi panggung untuk menunjukkan potensi mereka,” tambahnya dengan bangga.
Salah satu momen paling menyentuh terjadi saat seluruh siswa baru mengenakan *topi atribut* khas SMPN 2 Wuluhan secara serentak. Simbol sederhana itu ternyata sarat makna.
“Budaya ‘memakai topi bersama’ adalah simbol persatuan dan penghargaan terhadap perbedaan. Ini sejalan dengan semangat kurikulum P5, anti-kekerasan, dan anti-ekstremisme yang kami tanamkan,” jelas Rido’i.
Ia menegaskan, pendekatan humanis dan anti-kekerasan bukan sekadar slogan di sekolah ini. “Kami benar-benar menerapkannya dalam keseharian. Semua guru, staf, dan siswa berproses bersama,” ujarnya tegas.
Di akhir acara, Rido’i menyampaikan harapan besarnya terhadap para siswa baru. Ia ingin lulusan SMPN 2 Wuluhan tak hanya cerdas secara akademik, tapi juga kuat secara karakter dan emosional.
“Kami ingin mereka tumbuh menjadi anak-anak hebat: bersih, berkarakter, dan belajar dengan hati yang gembira. Karena pada akhirnya, belajar yang bermakna adalah belajar yang menyenangkan,” pungkasnya.
Penutupan MPLS ini bukanlah akhir, melainkan awal dari perjalanan panjang para siswa menuju masa depan cerah bersama sekolah yang berkomitmen pada pendidikan yang manusiawi dan penuh makna.
Rep: haris arifin