“Ketika Alam Menangis, Belati Tajam Berseru: ‘Bumi Titipan, Jangan Lagi Kita Abaikan’”

 


BELATI TAJAM TANAH BERNYAWA MUSIC

JEMBER — Lagu Belati Tajam berjudul “Tanah Bernyawa” hadir sebagai pengingat keras namun penuh rasa, bahwa bencana alam bukan sekadar peristiwa—melainkan cermin dari kelalaian manusia. Para personel Belati Tajam, yang kini sebagian besar telah menjadi para bapak dengan tanggung jawab keluarga, menuliskan keresahan mereka dalam lirik yang lugas namun menyentuh: tentang alam yang kian terluka, dan masa depan yang terancam bila manusia terus abai.

Dalam bait pembuka, “Hutan menangis, dahan terhimpit. Asap hitam menutup, tertutup langit biru,” Belati Tajam menggambarkan kepedihan bumi dengan cara paling sederhana namun paling nyata. Bukan sekadar metafora, tetapi potret bencana kabut asap, kebakaran hutan, banjir bandang dan kerusakan alam yang kerap terjadi di berbagai wilayah.

Mereka menyoroti akar masalah yang sering diabaikan: keserakahan dan kelupaan manusia. Lirik, “Kita buta, kita rakus, kita yang lupa. Bumi bukan warisan, bumi titipan!” menjadi tamparan moral bagi siapa pun, bahwa apa yang kita pijak hari ini bukan milik pribadi—melainkan amanah untuk anak dan cucu kelak.

Lagu ini bukan hanya kritik, tetapi juga seruan. Pesan itu semakin kuat di bagian reff:
“Jaga tanah, jaga budaya, jaga langit! Jangan biarkan mati bernyawa! Bukan milikku, bukan milikmu. Bumi rumah kita semua!”

Sebagai para musisi yang juga ayah-ayah, kegelisahan mereka sangat manusiawi: mereka ingin anak-anak tumbuh di bumi yang masih layak dihuni. Bukan di tanah yang tandus, rusak, bukan di udara yang hitam, bukan di langit yang kehilangan birunya.

“Tanah Bernyawa” mengajak kita menunda sejenak kebisingan hidup, lalu menengok ke sekeliling. Alam yang dulu memberi, kini meminta balik perhatian. Lagu ini bukan hanya karya seni, tetapi pengingat dan ajakan—bahwa menjaga bumi adalah tugas bersama, demi masa depan yang masih ingin kita lihat tersenyum.

Lirik belati tajam - tanah bernyawa.

Hutan menangis, dahan terhimpit.

Asap hitam menutup, tertutup langit biru.

Kita buta, kita rakus, kita yang lupa.

Bumi bukan warisan, bumi titipan!

 

Jaga tanah, jaga budaya, jaga langit!

Jangan biarkan mati bernyawa!

Bukan milikku, bukan milikmu.

Bumi rumah kita semua!


 

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak