"AI Itu Seperti Efek Gitar: Obrolan Bareng Pepeng Belati Tajam Soal Masa Depan Musik"

 
Pandangan Gitaris Belati Tajam tentang AI dalam Musik: Ancaman atau Peluang

Penulis: Tim Redaksi | Barometerpos.com

barometerpos.com — Dunia musik terus bergerak cepat, dan salah satu pendorong terbesarnya saat ini adalah teknologi Artificial Intelligence (AI). Dari proses produksi hingga distribusi, AI hadir sebagai alat bantu yang semakin banyak digunakan. Namun, di tengah arus ini, muncul pertanyaan besar: Apakah AI akan memperkaya atau justru merampas esensi dari seni bermusik?
Untuk menjawab hal tersebut, Barometerpos berbincang santai dengan Pepeng, seniman gitaris dari band Belati Tajam. Ditemui di sebuah kedai kopi dekat studio latihan mereka, Pepeng berbagi pandangannya dengan tenang namun penuh sikap.
"Menurut saya, AI itu seperti efek gitar," ujarnya membuka percakapan.
"Kalau digunakan dengan benar, bisa menghasilkan sesuatu yang luar biasa. Tapi jika terlalu bergantung, justru bisa menghilangkan karakter asli dari musik itu sendiri."
Sebagai musisi yang tumbuh di era analog dan semangat DIY (do it yourself), Pepeng mengakui sempat skeptis dengan kehadiran AI. Namun rasa ingin tahu membawanya untuk mencoba.
"Saya pernah mencoba membuat musik menggunakan AI. Hasilnya cepat dan cukup menarik. Tapi setelah didengarkan kembali, terasa ada yang hilang. Tidak ada emosi. Tidak ada cerita di balik nada-nadanya. Musik yang bagus seharusnya punya napas, bukan hanya struktur."
Meski demikian, Pepeng tidak menutup diri terhadap teknologi. Menurutnya, AI bisa menjadi alat bantu yang sangat berguna, khususnya bagi musisi independen yang memiliki keterbatasan sumber daya.
"AI bisa membantu banyak hal—dari mixing, mastering, penulisan lirik, sampai pembuatan visual seperti cover album atau logo band. Itu sangat membantu dari segi efisiensi, asal digunakan dengan bijak."
Namun, ada satu hal yang terus ia garis bawahi: jangan sampai teknologi menggantikan sisi manusiawi dalam bermusik.
"Musik bukan sekadar suara yang enak didengar. Ia adalah ekspresi, perasaan, dan pengalaman. Kalau semuanya diserahkan ke mesin, musik bisa kehilangan jiwanya. Bisa saja menjadi cepat dan mudah dibuat, tapi kosong."
Bagi Pepeng dan Belati Tajam, teknologi adalah alat, bukan penguasa. Mereka memilih untuk tetap menjadi manusia di tengah kecanggihan digital, menjaga agar karya yang dihasilkan tetap punya rasa dan cerita.
"AI kami tempatkan seperti pedal efek—alat bantu yang memperkaya suara, tapi tetap kami yang mengendalikan. Selama itu tidak menggantikan hati dan emosi dalam berkarya, saya rasa teknologi justru bisa menjadi sahabat yang baik."
Di era ketika algoritma mulai masuk ke dalam studio musik, Pepeng menegaskan satu hal: musik sejati tetap berasal dari manusia, bukan dari mesin.

#AI #MusikIndonesia #BelatiTajam #OpiniMusisi #BandIndie #TeknologiMusik #MusisiIndonesia #RockIndonesia #InovasiMusik #MusikdanTeknologi

Bunga cendana record

  • AI dalam musik

  • AI dan musisi

  • AI untuk band

  • teknologi dalam musik

  • Belati Tajam

  • opini musisi tentang AI

  • AI vs manusia dalam seni

  • Pepeng gitaris

  • band rock Indonesia

  • masa depan industri musik




Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak